asumsi information-integration theory

Teori Integrasi Informasi berangkat dari beberapa asumsi dasar tentang bagaimana manusia memproses informasi dan membentuk sikap. Pada dasarnya, teori ini melihat manusia sebagai makhluk yang berpikir dan bersikap rasional. Artinya, ketika seseorang menerima berbagai informasi dari lingkungan sekitarnya — baik dari media, teman, atau pengalaman pribadi — mereka tidak langsung mengambil keputusan secara impulsif, tetapi cenderung mempertimbangkan setiap informasi secara sadar.

Salah satu asumsi utama dalam teori ini adalah bahwa setiap informasi yang kita terima memiliki nilai, apakah kita menganggap informasi itu baik, buruk, atau netral. Selain itu, informasi juga memiliki tingkat kepentingan atau bobot tertentu. Misalnya, pendapat dari orang yang kita percaya biasanya kita anggap lebih penting dibanding informasi dari orang asing atau sumber yang tidak jelas.

Karena itu, saat seseorang membentuk sikap terhadap suatu hal, mereka sebenarnya sedang menggabungkan berbagai informasi — ada yang dinilai positif dan penting, ada juga yang negatif dan mungkin kurang berpengaruh. Semua informasi itu “diolah” dalam pikiran, lalu hasil akhirnya adalah sikap yang kita ambil, entah itu mendukung, menolak, atau bersikap netral terhadap sesuatu.

Teori ini juga mengasumsikan bahwa sikap bisa berubah jika informasi baru masuk, terutama jika informasi itu sangat kuat atau relevan secara pribadi. Inilah mengapa teori ini sering digunakan untuk memahami bagaimana iklan, kampanye politik, atau pesan sosial bisa memengaruhi pandangan seseorang. Jika pesan yang disampaikan mampu memberikan nilai dan bobot yang besar, maka sikap seseorang bisa bergeser.

Secara keseluruhan, teori ini percaya bahwa sikap adalah hasil dari proses berpikir yang aktif dan terukur, bukan sekadar reaksi emosional sesaat.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Theory Communication

PARADIGMA THEORY

Young theories